Bupati Kotim Optimistis Budidaya Porang Mampu Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sampit – Bupati Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Halikinnor optimistis budidaya porang akan mampu meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat karena hasilnya sangat menjanjikan.

“Kita serius mengembangkan ini. Kita bisa memanfaatkan tenaga milenial kita yang saat ini pusing mencari pekerjaan. Porang bisa mewujudkan petani berdasi dan mampu meningkatkan kesejahteraan. Mahasiswa juga bisa ikut magang,” kata Halikinnor saat membuka sosialisasi budidaya porang di Sampit, Minggu.

Sosialisasi ini dilaksanakan Dinas Pertanian Kotawaringin Timur bekerjasama dengan Asosiasi Petani Porang Indonesia setempat dengan mendatangkan Paidi, petani porang yang sukses dan sering disebut Master Porang.

Halikinnor menegaskan, pemerintah daerah sangat serius mengembangkan porang. Bahkan dia berambisi menjadikan daerah ini sebagai salah satu penghasil porang terbesar di Indonesia.

Sebagai bentuk keseriusan, Halikinnor memerintahkan Dinas Pertanian bersama instansi terkait untuk mengidentifikasi lahan yang cocok untuk budidaya porang. Penelitian dilakukan di seluruh kecamatan, mulai wilayah utara hingga selatan yakni Antang Kalang hingga Teluk Sampit.

Selanjutnya, lahan potensial itu akan dicocokkan dengan tata ruang sehingga pemerintah daerah bisa membuat kebijakan untuk melindungi lahan tersebut agar tidak digunakan untuk kepentingan lain.

Seluruh satuan kerja perangkat daerah juga diperintahkan untuk berkoordinasi dan mempersiapkan apa yang akan dilakukan untuk mendukung program ini sesuai bidang masing-masing.

Sementara itu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) diminta segera mempersiapkan draf nota kesepakatan dan perjanjian kerjasama dengan pihak ketiga yang dikomandoi Paidi.

Selain mendorong masyarakat untuk membudidayakan porang, pemerintah daerah juga berencana menyiapkan lahan 1.000 hektare untuk membudidayakan porang yang hasilnya nanti untuk pendapatan asli daerah. Hal ini untuk mendorong peningkatan produksi porang di daerah ini.

“Kita kemarin memang baru panen untuk lahan 20 hektare, tapi kita akan kejar daerah lain. Porang ini saya lihat hasilnya sangat luar biasa. Bantuan bibit juga akan kita upayakan lewat APBD. Ini lebih menguntungkan dibanding kita menanam kelapa sawit,” ujar Halikinnor.

Sementara itu Paidi menjelaskan, porang sudah digeluti petani di Indonesia lebih dari 40 tahun. Hanya, dulu harganya sangat murah dan permintaan masih sedikit.

“Mbah saya dulu pengepul di Nganjuk. Dulu harganya hanya Rp150 per kilogram. Tahun 2007 sudah Rp900 per kilogram. Kemudian harganya terus naik dan permintaannya meningkat,” jelas Paidi.

Saat ini porang dimanfaatkan untuk makanan sekitar 80 persen, sedangkan 20 persen sisanya untuk kosmetik dan obat-obatan.

Paidi menyarankan petani tidak usah takut bersaing karena semakin banyak
orang menanam porang karena permintaan komoditas ini juga terus meningkat.

“Saya salut dengan keseriusan Bupati Halikinnor yang mempunyai pemikiran jauh ke depan merespons peluang budidaya porang. Masyarakat juga harus lebih bersemangat, apalagi bupati sudah mempunyai konsep untuk pengembangannya,” demikian Paidi. (Ant)